Bahkan Petir pun Menjadi Harapan

08.02 Diposting oleh dzero buletin

Tanpa kita rasa-rasa karena kesibukan indra dalam menfokuskan diri terhadap menit demi menit kehidupan, yang akhir-akhir ini semakin dekat dengan kefanaan, musim telah berganti. Bulan penuh ember telah datang, membawa curahan kasih sayangNya, dan juga keluhan yang kerap dicetuskan lisan kita; jemuran sudah tiga hari belum kering-kering juga.
Berbicara hujan, saya jadi teringat sahabat karib mereka; yaitu petir. Sewaktu kecil dulu, saya sering takut mendengar suar petir, termasuk bunyi petir pada filmnya nini pelet, legenda gunung merapi yang dulu sangat populer. Apakah karena saya masih kanak-kanak, makanya saya takut dengan petir? Saya sempat merasa malu karena itu. Namun, pada kenyataannya, sampai sekarang belum pernah saya temui orang yang memiliki nyali untuk menantang petir. Semuanya berupaya melindungi diri ketika terjebak dalam hujan lebat dengan petir yang saling bersusulan. Satu wejangan yang selalu saya ingat, bahkan hingga saat ini, “Jangan pernah bersentuhan dengan logam di bawah tarian petir.”

Tersentak dari angan-angan, saya sedikit terkejut ketika melihat penanggalan. Penghujung 2008 hanya menyisakan beberapa kedip mata, denyut jantung, dan tarikan napas. Akan sampaikah kita ke sana, menapaki awal 2009 dengan sesuatu yang lebih berarti. Tidak hanya bagi diri sendiri, namun juga berarti bagi yang lain. Menjadi pahlawan bagi diri sendiri sudah sangat banyak kita lihat, bahkan kita sendiri mungkin menjadi salah satu dari mereka. Akan tetapi, untuk saat ini, negeri ini membutuhkan lebih dari itu.

Hujan, petir, dan kita; manusia. Sama-sama bersifat baharu, namun dengan peran berbeda. Hujan dan petir hadir di bawah kontrolNya secara mutlak. Manusia pun tidak terlepas dari koridor tersebut. Hanya saja, manusia diperbolehkan untuk mengendalikan hujan dan petir dan memanfaatkannya menuju ke arah peradaban yang lebih baik. Pahlawan-pahlawan seperti inilah yang saat ini dibutuhkan oleh negeri ini. Pahlawan yang menggunakan otak dan hati, tidak hanya mengandalkan nafsu duniawi. (Rinal Sahputra)

1 komentar:

  1. dzero buletin mengatakan...

    bagus banget tulisan pak ketua
    bravo!
    semoga terus bersemangat menulis

Posting Komentar