MENUJU PUNCAK

07.47 Diposting oleh dzero buletin

Pernahkah ngga kita memperhatikan gimana sebatang pohon itu tumbuh?!? Apakah tidak satu pun dedaunan yang gugur saat pohon itu tumbuh dan kemudian berbuah? Tentu tidak, kan? Yupz,.. Ketika sebatang pohon itu tumbuh, tetap akan ada daun yang berguguran, ranting yang patah, bahkan tunas yang tidak berkembang.

So, maksudnya apa??!!??

Nah, ibarat sebatang pohon, maka seperti itulah kita saat menempuh jalan kemunduran, ketidaksempurnaan. Dan justru karena kesalahan, rasa sakit, kekecewaan, kemunduran, ketidaksempurnaan itulah yang membuat kita menjadi lebih matang (mangga kale yang matang).

Namun, cara kita menyikapi kesalahan, kemunduran, dan ketidaksempurnaan itulah yang menjadikan kita tidak sukses menggapai puncak (prestasi). Kita langsung menyimpulkan bahwa kita tidak bisa. Padahal justru karena kita pernah salah dan pernah kecewa, maka secara alami kita memiliki imunitas (pertahanan) untuk tidak melakukan kesalahan dan menghindari kekecewaan yang pernah terjadi.

Jalan-jalan ke masa lalu, yuk!!!

Tahu ngga, kalau pada zaman dahulu kala itu ada seorang anak berusia enam tahun dikembalikan oleh gurunya beserta surat yang menvonis bahwa ia terlalu bodoh sehingga tidak layak belajar di sekolah. Namun, anak itu sekarang dikenal dengan nama Thomas Alfa Edison, sosok yang orang-orang menyebutnya Sang Jenius. Bahkan menjadi symbol kreatifitas seperti penemuannya: bola lampu
Tahu ngga??? (ngga :p)


Back to masa sekarang….

Kalau saya bertanya, apasih tujuan kamu sekolah? Untuk dapat ijazah agar bisa ngelanjuti ke sekolah yang lebih tinggi? Biar dapat kerja yang bagus, and so on.

Hmm, orang-orang yang kurang sabar meniti proses, ketika kemuidan tujuan akhirnya tidak bisa dicapai, misalnya sudah rajin belajar, jadi sarjana, tapi kok ngga dapat kerja yang bagus? Ia kemudian kecewa dan menganggap bahwa sia-sia membuang waktu untuk sekolah. Nah, bisa jadi ini disebabkan ia tidak bisa mengambil hikmah, pelajaran dari hal-hal yang ia dapatkan selama di bangku sekolah, ia sangat terpusat pada tujuan, sehingga ketika gagal mencapai tujuannya, ia merasa down dan gagal.

So that, kunci biar kita tetap bersemangat walaupun tujuan kita tidak tercapai adalah sabar. Sabar mencapai puncak berarti juga upaya melihat apa saja yang diperoleh selama proses mencapai tujuan.

Misalnya, kita kuliah dengan tujuan untuk memperoleh gelar sarjana, kemudian di tengah jalan kita berhenti karena suatu sebab. Kalau kita terus-terusan memusatkan tujuan biar dapat gelar sarjana, maka kita KALAH. Tetapi, jika kita merasa pada saat kuliah kita memperoleh banyak hal disamping ilmu pengetahuan, misalnya pergaulan dengan teman, hubungan dengan dosen, pengalaman organisasi, de el el, maka kita akan memanfaatkan apa yang kita peroleh itu untuk mencari jalan menuju prestasi yang lain.

0 komentar:

Posting Komentar