BEING HERO=HAPPY???

06.31 Diposting oleh dzero buletin

Mr. Incredible, salah seorang tokoh hero yang memiliki kekuatan super—bisa ngancurin tembok, ngangkat mobil, lari secepat kilat, yah, seperti itulah—pernah mengatakan bahwa menjadi pahlawan super adalah menyenangkan sepanjang ‘tidak diamati orang lain sepanjang waktu’.


Memang, dalam hidup ini kita sering kali memandang hebat sosok seorang pahlawan. Tidak saja pahlawan fiktif seperti superman, batman, dan spiderman, namun juga pahlawan yang benar-benar popular yang begitu dekat dengan hidup kita, hanya rasanya jauh dari jangkauan. Sebut saja mereka ketua Osis (buat yang masih sekolah nih) atau ketua BEM (halo para mahasiswa), ataupun teman yang nilainya tinggi, aktivis dan dikagumi adik kelas.

Mereka—sosok-sosok para pahlawan ini—terlihat begitu bersinar. Punya kharisma, popularitas yang membuat mereka nyaris mustahil terlihat makan sendirian di kantin, hingga inner handsome atau beauty yang membuat lawan jenis bertekuk lutut. Mereka terlihat begitu bersinar dan menyilaukan mata. Iri pada mereka? Jelas.

Tidak berhenti begitu saja, hidup mereka terlihat begitu lempang. Nyaris tanpa hambatan. Bagaimana hambatan dapat menyapa para selebritis? Mungkin begitu pikir orang-orang di sekitar mereka, namun mereka salah.

Para pahlawan (hero) biasanya memiliki masalah yang lebih kompleks. Masalah yang sangat tidak menyenangkan hingga mereka merasa tertekan sendiri. Sebut saja Superman. Meski sepopuler apapun ia, kehidupan cintanya tidak sesukses yang dibayangkan. Ia gagal membina rumah tangga yang membahagiakan dengan cewek yang ia sukai, ia selalu melakukan pekerjaan-pekerjaan super sendirian, dan diluar itu semua, ia terlihat sangat kesepian saat terbang di langit kota New York—lagi-lagi sendirian.


Masalah lain yang biasanya menimpa para hero alias selebriti alias orang-orang terkenal biasanya adalah prefectsionist. Mereka cenderung ingin melakukan sesuatu dengan sempurna dan terlihat sempurna. Tak heran, sebagian dari mereka sebenarnya sulit menemukan kebahagiaan dalam hidup. Karena yang namanya kesempurnaan, sampai kapan pun tak akan pernah ada, kan?


Bicara soal kesempurnaan dalam perbuatan, mereka cenderung mengabaikan kesehatan dan kebaikan diri mereka sendiri ketika mulai menggarap suatu proyek. Mereka rela menggadaikan jam-jam tidur demi mengerjakan suatu proyek, yang kemudian mereka hancurkan karena tidak sempurna. Lalu kembali disusun lagi. Demikian seterusnya.


Mengenai penampilan sempurna, ini sebenarnya bukanlah masalah baru. Sebab bulimia, anorexia, obsesive compulsive, dan metroseksualitas bukanlah sebuah ketidak wajaran lagi, bahkan sudah dianggap bagian dari gaya hidup orang populer atau hanya sebuah ketidaknormalan hidup biasa akibat ketidakseimbangan jiwa. Namun tetap saja buruk, diakui atau tidak.


Sisi lain biasanya adalah kesepian. Lihat saja kehidupan para hero yang benar-benar hero di sekitar kita. Semakin populer mereka, semakin kesepian mereka sebenarnya. Memang, secara kasat mata mereka terlihat selalu dikerumuni sejumlah penggemar, namun di dalam hati mereka merasa kosong. Karena yang sebenarnya dibutuhkan oleh tiap manusia ini untuk memenuhi kehausan akan perhatian dalam hidupnya hanyalah Tuhan, keluarga, dan seorang sahabat. Sisanya menjelma menjadi kesesakan.


Menjadi hero tidaklah selalu berarti bahagia. Jadi mengapa harus terburu-buru? Nikmati perjalanan sebagai zero, hingga saat menjadi hero, semua kesulitan dapat dinikmati dengan kesyukuran.


*Tulisan ini telah dimuat di D'Zero Buletin edisi 2

0 komentar:

Posting Komentar